BLANTERVIO104

Menuju Mahameru #2 : Danau Cantik itu Bernama Ranu kumbolo

Menuju Mahameru #2 : Danau Cantik itu Bernama Ranu kumbolo
Friday, January 26, 2018
Terlalu lama untuk tak bercerita tentang kelanjutan ceritaku menuju Semeru. Maaf, bukan karena sibuk aku tak melanjutkan ceritaku itu, Hanya saja, hmm aku takut untuk mengingat karena aku takut akan merindu. itu saja. 

Saat ini aku teruskan karena mungkin aku akan menyapanya kembali dengan cerita yang berbeda, bisa dengan kawan lama, atau kawan baru lainnya. Dan saat ini aku ingin bahagia, itu saja. Semoga kau tak marah karena terlalu lama kisah itu aku simpan seorang diri. 

***





Kisah perjalanan kami berlanjut dari Ranupani, menuju Ranu Kumbolo. Surganya Gunung Semeru kalau menurutku. Dan tempat berlabuhnya lelah para pendaki. Perjalanan dari Ranupani ke Ranu Kumbolo melewati 4 pos pendakian. Untuk jalur track pendakian sampai ke Ranu Kumbolo sendiri mudah diakses karena sudah disediakan jalur untuk mendaki, dan karena saat itu memang saat longweekend, jadi jalan pendakian saat itu terasa seperti jalanan kota saja. Terkadang kita harus berhenti sejenak karena memang jalurnya penuh atau macet. Maklum, jalannya tidak begitu lebar, dan itu juga merupakan jalur pendakian dan jalur untuk turun. Ditambah lagi dengan volume pendaki yang sangat banyak. Tapi karena itu pulalah, kami menemukan banyak teman. Dari sekedar menyapa, hingga saling bertukar info dan cerita, akhirnya kami menemukan kelompok pendaki yang akhirnya sampai saat ini kami tetap jalin tali silaturahmi. Ya, mereka adalah arek-arek Malang. Mereka merupakan pecinta alam kaki Gunung Arjuno dan Welirang. Dari mereka pula kami punya gambaran dan keinginan untuk suatu saat akan mendaki Gunung Arjuno dan Welirang bersama lagi. Tapi sampai saat ini belum kesampaian sih. haha. 



Karena kami mengejar waktu, kami tak bisa sedikit santai saat mendaki menuju Ranu Kumbolo ini. Untuk setiap post kami kira kira istirahat 5 menit an lalu dilanjutkan berjalan lagi. Kira-kira sekitar 4 jam an, kami barulah sampai di Ranu Kumbolo. Saat itu juga, karena memang baru pertama kali melihat Ranu Kumbolo, aku benar-benar takjub dan rasanya perjalanan 4 jam itu seperti terbayar lunas begitu saja. Mata langsung terbalalak, dan mulut ini tak henti hentinya mengucapkan Subhanallah. Sangat indaaaaaah. Dan saat itu pula, aku jatuh cinta pada pandangan pertama dengannya.  






Sesampainya di Ranu Kumbolo, kami mencari tempat untuk mendirikan tenda. Lagi-lagi, sepertinya mall di ibukota sudah kalah ramainya dengan Gunung Semeru ini, pikirku saat itu. Tapi untunglah, setelah muter muter beberapa lama, kita akhirnya mendapatkan tempat untuk mendirikan tenda. Tempat yang strategis pula, karena langsung lurus kearah Ranu Kumbolo, tetapi sedikit horor karena tenda kami dekat dengan petilasan disana. Tapi gapapa, asal kami menghormati dan tidak membuat kotor, serta ada sopan santun disana, aman saja kok. 

Saat itu aku kira perjalanan akan berakhir sampai di Ranu Kumbolo. Dan aku kira mataku sudah puas hanya menikmati Ranu Kumbolo saja. Ternyata, entah pikiran dan hati ini tidak menerima begitu saja. Tiba-tiba saja, aku memutuskan untuk melanjutkan perjalanan sampai ke Puncak. Itu sedikit gila bagiku yang seorang pendaki amatiran dan pendaki baru kemarin sore. ( Sebenarnya, kenapa aku ingin ke Puncak alasannya adalah, karena dulu ada seseorang yang pernah Foto disana juga, dan itu memotivasi aku untuk sampai di Puncak). 



Pada saat itu kami sampai di Ranu Kumbolo jam menunjukkan pukul 4 sore. Setelah perdebatan panjang dengan hati dan pikiranku, serta badanku, aku memutuskan untuk ikut naik ke Puncak Semeru. Dari rombongan kami, yang naik kepuncak hanya 5 orang ( termasuk teamn-teman baru kami dari kaki arjuno) , yang lainnya menunggu di Ranu Kumbolo. Kami yang akan menuju puncak Semeru pun akhirnya bersiap-siap karena sebentar langit akan gelap. Pukul 5 sore itulah akhirnya kami memantapkan kaki kami untuk memulai perjalanan panjang ke Puncak Semeru. Rasa takut jelas ada, apalagi Semeru terkenal akan cerita batu yang menggelincir dari atas, ataupun tentang kematian Soe Hok Gie. Tapi rasa senang dan penasaran pun juga ada, oleh karena itu, terkhusus aku, memantapkan hati untuk melanjutkan langkah kami. Dan untuk mengantarkan kami, teman-teman kami pun mengantarkan kami dengan doa bersama. Sungguh, saat itu sangat sangat syahdu. Didepan tenda kami, mereka melepas kami menuju puncak dan akan menunggu kami untuk pulang. 

Perjalanan kami dimulai dengan jalur yang menanjak. Ya jalur yang sangat sangat terkenal, mana lagi jika bukan Tanjakan Cinta. Tahukah kalian akan mitos ditanjakan cinta?? Konon katanya  kalau kalian berjalan di Tanjakan Cinta tersebut itu dan tidak menoleh kebelakang serta memikirkan orang yang kalian cintai, maka kalian akan langgeng atau jadian bagi yang masih menjadi ttm saja. haha. Aku dan temanku, dengan sangat semangat melalui Tanjakan Cinta dan memikirkan masing masing orang yang kami ingin pikirkan pada saat itu. Ya, tapi namanya itu adalah mitos ya, boleh percaya boleh enggak, Apakah orang yang aku pikirkan itu saat ini menjadi sandaranku? Bukan hahaha. Ya mungkin memang belum jodohnya, atau mungkin saya yang saat itu pikirannya enggak khusyuk. Tanjakan Cinta dilalui dengan semangat, walaupun sampai atas, aku dan temanku benar benar ngos ngosan karena semangat sekali di Tanjakan Cinta. Maklum, saat itu kita membawa tirakat hati masing masing. 




Perjalanan yang sebenarnya pun dimulai, Tanjakan Cinta adalah pengantar perjalanan kami. Ya, karena setelah Tanjakan Cinta, kami mulai berjalan di hamparan alang-alang, atau lebih terkenal dengan nama Oro-oro Ombo. Pada saat itu sedang musim kemarau, jadi sedikit sekali bunga Verbena Brasiliensis ( bunga berwana ungu di Oro Oro Ombo yang Instagenic ). Apakah saya foto disana? Sayangnya enggak. Saat itu waktu sudah hampir magrib dan kami harus sampai ke Cemoro Kandang untuk menjalankan Sholat Magrib. Ya, kami istirahat sebentar di Cemoro Kandang. Sekedar meneguk air dan menjalankan kewajiban sebagai makhluk Tuhan. Banyak juga pendaki yang berhenti disana. Tetapi tak sedikit pula yang meneruskan perjalanan menuju ke Jambangan. Perjalanan dari Cemoro Kandang ke Jambangan ini kira kira membutuhkan waktu 45 menit. Kami pun ditengah perjalanan sering istirahat, pun juga sering menyapa mereka para pendaki lain yang mendahului kami. Perjalanan yang sempat membuat kami benar benar lelah adalah saat perjalanan menuju Kalimati. Ya, kalimati adalah tujuan kami sebelum kami menuju Puncak Mahameru. 



Perjalanan ke Kalimati ini benar benar naik turun, lebih banyak naiknya. Saya sedikit lupa berapa lama perjalanan kami menuju Kalimati ini. Seingat saya, perjalan ke Kalimati ini, kami sering istirahat setelah banyak tanjakan yang dilalui. Pun kami juga was was dengan hewan malam, sejenis macan kumbang dan sebagainya. Maklum, Gunung kan rumah mereka, kita hanya pengunjung disini. Dan pada akhirnya, tepat pukul 10 malam, perjalanan dalam gelap dan melelahkan itu pula terbayar saat kami melihat tenda-tenda para pendaki lain yang sudah terpampang didepan mata kami. Alhamdulillah, paling tidak kami bisa merebahkan badan sebentar dan istrahat cukup untuk menuju dini hari nanti. Dengan sigap, kami mencari spot untuk mendirikan tenda. Saat itu, spot di Kalimati benar benar full. Mau tidak mau, tanah yang sedikit miring pun kami jadikan tempat mendirikan tenda. Jangan khawatir tentang persediaan air, karena di Kalimati ada sungai yang bisa dijadikan tempat untuk mengambil air. Otomatis pula kami mengisi persediaan air untuk perjalanan menuju Mahameru. Suhu di Kalimati ini dingin sekali, karena saat itu salah satu teman seperjalanan ku kedinginan. Kaos kakiku pun sampai sampai double pun dengan jaketku. 

*Sampai sini, kami sama sekali tak terpikir dokumentasi. Yang kami pikirkan, bagaimana caranya untuk tidur hihihihi.

Di dinginnya malam itu, kami membawa indomie, sahabat para pendaki, dan sedikit kering tempe, serta nasi untuk mengganjal perut kami. Nikmatnya jangan tanya. Mungkin makanan resto bintang 5 kalah saat itu. haha. Kebersamaan dan cerita perjalanan kami lah yang menambah nikmat makanan kami. Ya, makan sembari bercerita perjalanan yang sudah kita lalui sampai saat itu. Tenda yang kecilpun kami jadikan tempat kami tidur berlima. Pukul setengah 12 malam, kami memutuskan untuk tidur dan istirahat karena nanti jam setengah 2 dini hari, kami akan menempuh perjalanan yang benar benar sangat panjang dan penuh perjuangan. Ya, kami akan menempuh perjalanan menuju Mahameru. Tidurku antara nyenyak tak nyenyak. Tak nyenyak, karena aku benar benar nerveous akan mendaki puncak bercampur juga dengan excited karena akhirnya bisa akan sampai puncak dan bisa sedikit nyenyak, karena memang tubuhku dalam kondisi yang butuh tidur setelah perjalanan panjang. 

Esok pada dini hari, perjalanan yang sebenarnya akan dimulai. Cerita yang tak kupercaya aku bisa sampai mendaki di Gunung tertinggi sepulau Jawa, pun akan aku ceritakan disini. Cerita yang sampai saat ini, aku tak lupa. Setiap langkah kami, setiap napas ngos ngosan kami, dan air mata bahagia saat bisa disana. Akan aku lanjut esok hari ya. Jangan bosan untuk mampir kesini dan sekedar membaca serta bahagia disini. 


***

Walaupun ini cerita lama, yang sudah hampir satu tahun lamanya, semoga tetap saja bisa membuat kalian bahagia. Ini ceritaku yang kelak akan aku ceritakan  pada anak cucuku. Ijinkan aku menyimpannya disini serta membagikannya bersama kalian ya. Tunggu ceritaku di esok hari menuju Mahameru ya. See ya.

Untuk cerita sebelumnya bisa dilihat disini : Cerita Menuju Mahameru 

credit photo : mbak arai 

Share This Article :
tuturlanakasara

Hi, Semoga kalian menikmati membaca aksara aksara ini

TAMBAHKAN KOMENTAR

4138722921782959000